TRILOGY LOVING YOU PER DAY: NIGHT
============================================================================
Hidup selalu berulang. Seperti aku yang mencintaimu. Berulang kali. Dan akan terus berulang.
============================================================================
August 30, 2010
Kyuhyun’s & Hye-Na’s Home, Daechi-dong, Gangnam, Seoul
09.00 PM
Malam adalah jeda. Menyiapkan babak selanjutnya. Apakah aku akan mencintaimu lagi esok hari? Itu pasti. Jadi biarkan aku menatapmu untuk terakhir kali hari ini sehingga aku bisa mengisi energiku lagi.
“Kau masih marah padaku?” tanya Kyuhyun saat melihat bahwa Hye-Na tidak bereaksi sama sekali saat dia melangkah keluar dari pintu balkon kamarnya dan duduk di kursinya yang biasa. Gadis itu tetap dalam posisi awalnya, duduk di depan pagar pembatas balkon, dengan dagu terletak di atas pagar besi, melihat ke arah bawah yang Kyuhyun tahu jelas tidak ada menarik-menariknya, hanya ada pemandangan atap garasi rumahnya dari sana dan sedikit pemandangan taman belakang rumah, tapi itu bukan sesuatu yang bisa mendapat perhatian khusus dari gadis itu. Jadi kesimpulannya adalah, gadis itu masih marah padanya.
“Hei, aku benar-benar tidak bermaksud membuatmu menunggu berjam-jam dan kehujanan. Kau saja yang bodoh karena tidak pulang duluan.”
Gadis itu tidak menjawab, bahkan tidak bergerak sedikitpun. Ibu Hye-Na memang telah mengizinkan agar salah satu dari deretan terali itu dilepas, meninggalkan celah cukup besar untuk gadis itu mengulurkan tubuhnya dari balkonnya ke balkon Kyuhyun, tapi tidak cukup besar untuk membuat Kyuhyun bisa melompat kesana dan melakukan sesuatu kepada anak gadisnya. Baguslah kalau begitu, karena dia sekarang merasakan dorongan kuat untuk melompat kesana dan mengguncang-guncang tubuh gadis itu agar mau bicara padanya.
“Na~ya, kalau kau masih tidak menjawab pertanyaanku, aku akan ke rumahmu sekarang juga!”
Akhirnya gadis itu mendongakkan kepalanya, menatap Kyuhyun dengan wajah lesu dan bibir memberengut.
“Aku bosan,” ujarnya pelan, nyaris merengek, membuat Kyuhyun membulatkan mata tak percaya. Sejak kapan gadis itu memakai nada bicara seperti itu padanya?
“Kau sakit, ya? Kau demam setelah hujan-hujanan tadi?”
“Kau tuli? Aku bosan, bukan sakit!”
“Kau kan tinggal mengambil PSP-mu.”
“Aku sudah menyelesaikan semua gamenya, makanya aku bosan! Kau ini bodoh sekali!”
“Berhentilah mengataiku bodoh, Na~ya. Kalau-kalau kau amnesia, namja bodoh ini akan kau nikahi 9 hari lagi,” ucap Kyuhyun kesal.
“Ah… benar,” gumam gadis itu dengan nada seolah-olah dia akan dikirim ke tiang gantungan.
Kyuhyun berniat mencecar gadis itu lagi, tapi dia mengurungkan keinginannya dan malah mendesah keras.
“Tunggu disini. Aku temui kau 10 menit lagi. Dan ambillah selimut atau apapun, udara cukup dingin.”
***
“Calon suami macam apa kau sampai tidak tahu film kesukaan tunanganmu sendiri?” ejek Ah-Ra, membuat Kyuhyun yang sedang berdiri bersandar di pintu kamar kakak perempuannya itu mulai bergerak tidak sabar.
“Sudahlah nuna, tutup saja mulutmu! Sebutkan saja judulnya dan berikan padaku kasetnya.”
“More Than Blue. A Moment To Remember. The Notebook. The Lake House.” Ah-Ra menyebutkan setiap judul film itu, mengambil setiap DVD-nya dari rak dan menyerahkannya pada Kyuhyun. “Warna kesukaannya putih, hitam, biru, dan cokelat. Dia menyukai es krim dan cokelat, musim gugur, gerimis, benci sayur-sayuran, menyukai makanan apapun yang terbuat dari mie ataupun ayam. Dia takut ketinggian dan benci menjadi pusat perhatian. Masih ada yang ingin kau ketahui?”
Kyuhyun merasa wajahnya sudah terlihat tidak karuan saat Ah-Ra mengedip jahil ke arahnya. Astaga, dia baru sadar bahwa dia bahkan tidak tahu apa-apa tentang gadis itu. Gadis yang akan dinikahinya 9 hari lagi itu.
“Tidak,” ujarnya sambil menelan ludah dengan susah-payah. “Lain kali kalau ada yang ingin aku ketahui aku akan menanyaimu lagi.”
“Tidak usah malu-malu, Kyunnie.”
Kyuhyun mendengus kemudian melengos pergi begitu saja tanpa mengatakan apa-apa lagi. Dia baru akan kembali ke lantai atas, saat pandangannya terhenti di pintu dapur, tempat ibunya sedang berbincang dengan ayahnya. Ada secangkir teh ginseng hangat di atas meja dan dia mendadak teringat dengan udara luar yang cukup dingin setelah hujan deras seharian.
Dan dia tidak tahu apa yang ada di otaknya saat melangkah masuk ke dapur dan menanyakan sebuah pertanyaan yang membuat kedua orang tuanya itu syok dan memandangnya tak percaya.
“Eomma, bisa ajarkan aku cara membuat teh ginseng?”
***
Hye-Na sudah bergelung di balik selimutnya saat Kyuhyun kembali sambil membawa dua cangkir teh ginseng pertama yang pernah dibuatnya dengan tangannya sendiri dan dia merasa… ini amat sangat menggelikan. Sejak kapan dia mau masuk dapur? Dan mengenaskannya, sekarang dia bahkan melakukannya demi seorang wanita.
“Ini apa?” tanya Hye-Na curiga saat menerima uluran cangkir dari Kyuhyun.
“Teh ginseng. Udara kan dingin sekali. Dan kita akan masih tetap diluar sampai dua jam ke depan.”
“Wae?”
“Lihat saja,” ucap Kyuhyun singkat sambil menarik kursi dan meja ke pagar balkon, memberikan ruang yang cukup lebar di bagian tengah. Dia masuk ke dalam kamar dan kembali dengan sebuah proyektor di tangannya, meletakkannya ke atas meja dan mengarahkannya ke dinding luas di samping pintu balkonnya. Pria itu mondar-mandir selama 5 menit berikutnya dan Hye-Na hanya memperhatikannya sambil termangu, menopang dagunya dengan sebelah tangan. Sesekali dia menyesap teh ginseng itu, mendadak curiga bahwa pria itu sendirilah yang membuatnya.
Hye-Na sedikit terbelalak kaget saat mengetahui apa yang sedang Kyuhyun lakukan setelah pria itu duduk dan dinding di depan mereka menampilkan pantulan adegan yang sangat dikenalnya.
“Darimana kau tahu aku suka film ini?” tanya gadis itu heran, sedikit mencondongkan tubuhnya melewati terali besi yang masih mengapit di kanan-kirinya. Kursi yang didudukinya tepat mengarah kepada dinding yang sedang merefleksikan setiap adegan film kesukaannya, sedangkan Kyuhyun duduk sedikit ke arah kiri agar tidak menghalangi pandangan gadis itu.
“Aku hanya meminjam kaset dan nuna memberikan film ini padaku.”
Hye-Na menyandarkan tubuhnya lagi ke punggung kursi dengan selimut yang menutupi pahanya dan cangkir yang digenggam di antara kedua telapak tangannya, menyerap rasa hangat dari teh di dalamnya. Matanya tertuju ke film yang sedang diputar dan dia berhasil melakukannya setengah jam pertama. Tapi keindahan pemandangan, plot yang menarik, dan Keanu Reeves yang tampan sama sekali tidak berhasil menahan tatapannya tetap ke arah semula. Dia sendiri cukup syok saat menyadari bahwa bukannya menonton film, dia malah asyik memandangi punggung pria itu. Ulangi sekali lagi, PUNGGUNG! Sejak kapan punggung pria itu terlihat lebih menarik daripada wajah tampan seorang Keanu Reeves? Haaaaaaaaaiiiiiiiisssssh, dia pasti sudah gila!
***
Kyuhyun tersenyum samar saat melihat pantulan wajah Hye-Na dari pintu kaca yang membatasi kamarnya dengan balkon. Dia menyadari bahwa sejak 10 menit yang lalu konsentrasi gadis itu sudah terpecah dan pandangannya tidak lagi tertuju pada film, melainkan pada punggungnya. Mendadak dia ingin sekali mengerjai gadis itu. Jadi dia mengambil ponselnya dari atas meja dan mulai mengetik pesan singkat dengan seringaian lebar di wajahnya, tanda dia sedang bersenang-senang. Amat sangat bersenang-senang.
Sejak kapan punggungku menjadi pemandangan yang lebih menarik minatmu dibandingkan seorang Keanu Reeves… Na~ya?
Dia nyaris tidak bisa menahan tawanya saat melihat gadis itu gelagapan setelah membaca pesannya, menggumamkan sesuatu yang terdengar seperti umpatan kesal, dan nyaris meledak saat melihat Kyuhyun berdiri dari kursinya, melangkah santai ke arahnya, dan dengan bodohnya melupakan segala hal yang seharusnya diteriakkannya kepada pria itu.
Kyuhyun berhenti di pinggir pagar pembatas, memangkukan tangannya di atas pagar besi, dan mencondongkan tubuhnya hingga nyaris menyentuh terali-terali yang mengelilingi balkon kamar gadis itu. Cukup dekat untuk menarik tubuh Hye-Na ke arahnya, dan memang itulah yang dia lakukan.
“Kalau kau sebegitu tertariknya padaku,” ujarnya pelan dengan senyum terkulum. “Kau kan bisa saja melompat ke kamarku.”
“Kau pikir aku jenis gadis seperti apa, hah?” desis Hye-Na marah, walaupun begitu tetap saja wajah gadis itu menjadi memerah tidak karuan karena ketahuan sedang terpana menatap pria itu. Ralat, punggung pria itu.
Hye-Na bergerak gelisah di bawah tatapan pria itu dan cekalan pria itu di lengan bagian atasnya. Matanya berputar kesana kemari, ke arah manapun selain wajah pria di depannya.
“Aku rasa aku maau tidur sekarang. Sudah malam,” ujar Hye-Na akhirnya, memecahkan kebekuan di tengah mereka.
“Benarkah?”
Hye-Na bisa menangkap nada geli dalam suara pria itu dan mendadak emosinya tiba-tiba saja jadi tidak terkendali.
“Kau senang sekali kan bisa menindasku?” serunya sengit, membuat Kyuhyun melepaskan tawa yang sudah ditahan-tahannya dari tadi. “Apa sesenang itu rasanya melihat kau bisa memberikan pengaruh seperti itu terhadap setiap gadis? Kau bangga sekali, kan? Tidak usah kau jawab, aku sudah bisa menebaknya.”
Kyuhyun menghembuskan nafas keras, berusaha menormalkan wajahnya lagi sebelum menatap Hye-Na serius dan melonggarkan cengkeramannya di lengan gadis itu tanpa benar-benar melepaskannya.
“Aku senang pengaruh itu juga berlaku terhadapmu,” ucapnya pelan, tanpa nada mengejek lagi. “Kadang-kadang aku berpikir bahwa kau bahkan tidak pernah benar-benar tertarik padaku sama sekali. Kau… selalu berbeda, aku jadi tidak tahu harus bersikap seperti apa.”
“Sialnya, aku bahkan tidak tahu apa-apa tentang gadis yang akan kunikahi, sampai-sampai nuna-ku sendiri yang harus memberitahuku. Kedengarannya aku calon suami yang payah, kan?”
“Tidak juga,” potong Hye-Na cepat. Terlalu cepat karena sesaat kemudian Kyuhyun tertawa lagi. Gadis itu menggerutu kesal dalam hati, menyalahkan mulutnya yang terkadang suka bergerak di luar kendali. “Maksudku… yah, dalam beberapa hal kau memang payah… tapi….”
“Kau sedang balas dendam dengan mengejekku, kan?” potong Kyuhyun dengan tatapan kesal.
“Benar sekali,” ucap Hye-Na dengan nada khidmat. “Ngomong-ngomong, aku mau tidur dulu. Sampai jumpa besok.”
“Kau melupakan sesuatu,” ujar Kyuhyun lambat. Tangannya yang masih mencekal lengan gadis itu bergerak, menarik gadis itu mendekat, dan dengan cepat menundukkan tubuhnya, menyentuhkan bibirnya ke permukaan bibir Hye-Na, membuat gadis itu tersentak kaget.
“Malam, Na~ya,” gumamnya, memperlihatkan senyum separuhnya yang sangat memukau, diikuti dengan umpatan memaki-maki dalam hati oleh gadis itu. Dia membenci kenyataan bahwa satu senyuman dari pria itu saja mampu membuat perutnya menggelenyar tidak nyaman, seolah-olah ada ratusan sayap yang sedang mengepak secara serentak di dalamnya. Dan dia tidak bisa memutuskan apakah dia menyukai reaksi itu atau tidak. Hanya saja… dengan bodohnya dia tahu bahwa dia tidak akan keberatan jika pria itu mengulanginya lagi. Dan itu benar-benar sial.
***
September 16, 2010
Kyuhyun’s Home, Daechi-dong, Gangnam, Seoul
07.20 PM
Hye-Na merengut saat ibunya memukul tangannya yang entah untuk keberapa puluh kalinya terulur mengambil potongan daging yang baru saja matang dan ditata dengan rapi ke atas piring. Ibunya dan ibu Kyuhyun sudah beberapa kali menukar daging yang sudah matang dari alat pemanggang dengan daging mentah, dan sebanyak itu pula tangannya bergerak dan giginya mengunyah. Daging yang awalnya menumpuk perlahan-lahan menghilang masuk ke dalam perutnya, membuat pekerjaan kedua wanita itu sia-sia karena tidak ada lagi daging yang tersisa di atas meja.
“Kau punya sopan santun tidak? Pikirkan suamimu, ayah mertuamu, dan kakak iparmu yang belum makan! Aish, Kyuhyun benar-benar bodoh karena memutuskan untuk menikahimu!”
“Sudahlah, dagingnya kan masih banyak! Kita panggang lagi saja,” ujar Ha-Na sambil tersenyum riang ke arah menantunya, yang langsung dibalas dengan cengiran oleh Hye-Na.
“Pergi sana! Kau main-main saja dengan suamimu, nanti kalau sudah selesai kami panggil.”
Hye-Na mendengus melihat ibunya yang jelas-jelas mengusirnya. Kadang-kadang dia heran sendiri, kenapa ibu Kyuhyun jauh lebih baik daripada ibunya sendiri yang seperti jelmaan nenek sihir. Tidak heran kalau dia terkadang bisa sesadis ibunya. Atau, kalau ibunya bilang, dia bahkan lebih mengerikan daripada ratu iblis sekalipun saat marah. Huh, apa ibunya itu tidak tahu bahwa itu sudah keturunan?
Hye-Na melirik ke seberang halaman tempat ayahnya dan ayah Kyuhyun sedang sibuk mengobrol. Pasti bisnis lagi. Sedangkan Ah-Ra asyik memotong buah dan membentuknya menjadi potongan-potongan yang membuat Hye-Na berpikir bahwa hal itu sama sekali tidak ada gunanya. Apa untungnya membentuk buah-buahan itu menjadi potongan-potongan cantik kalau pada akhirnya akan dikunyah dan dihancurkan juga di dalam mulut?
Hari ini tepat seminggu setelah pernikahannya dan Kyuhyun berlangsung, dan mereka semua berkumpul untuk mengadakan pesta barbeque. Dan yang kemudian terjadi adalah ibunya mencampakkannya. Benar-benar menyebalkan!
Hye-Na menyeret kakinya menaiki tangga dengan malas-malasan. Kyuhyun tidak berniat sekalipun mendekati arena pertempuran di halaman belakang rumahnya. Dia tidak suka dan tidak mau mencoba untuk memasak, jadi dia akan memilih berada sejauh mungkin dari para ibu ataupun kakak perempuannya, dan dia tidak mau terlibat dalam percakapan bisnis para ayah, sehingga pilihan satu-satunya hanyalah mendekam di kamar.
Hye-Na membuka pintu kamar, melangkah masuk, tapi anehnya Kyuhyun tidak tampak dimanapun. Gadis itu mengerutkan keningnya sesaat dan memasang wajah normalnya lagi saat mendengar suara air dari kamar mandi. Malam ini mereka memutuskan menginap di rumah Kyuhyun dan tidak pulang ke rumah mereka sendiri, dan Hye-Na dilanda ketakutan saat melihat tatapan menggoda dari ibu mertua dan kakak iparnya. Dua orang itu, ditambah ibunya, sudah menyinggung-nyinggung tentang cucu dan keponakan, membuat gadis itu merasa gerah dan berusaha mengalihkan topik pembicaraan dan dia tidak yakin bisa melakukannya lagi saat makan malam nanti, mengingat ada ayahnya dan ayah Kyuhyun yang akan bergabung dan pasti menganggap topik itu sangat menarik untuk dibicarakan.
Apa yang harus dikatakannya nanti? Berbohong? Atau mengungkapkan kenyataan bahwa Kyuhyun belum pernah mencoba menyentuhnya sedikitpun kecuali fakta bahwa ciuman-ciuman yang mereka lakukan memang jauh lebih panas dari sebelumnya tapi tidak pernah berlanjut ke arah percintaan? Beberapa kali mereka nyaris melakukannya, tapi Kyuhyun selalu mendapatkan akal sehatnya di detik-detik terakhir dan langsung melepaskannya. Dia tidak yakin, tapi pria itu sepertinya sedang berusaha menjaganya baik-baik, mengingat mereka berdua masih kuliah, walaupun Kyuhyun akan segera tamat tahun depan. Dan dia tidak berniat memberitahu pria itu bahwa dia tidak akan keberatan jika pria itu melakukannya. Apa yang akan dipikirkan pria itu nanti jika dia mengatakan hal memalukan seperti itu?
Hye-Na nyaris tersedak ludahnya sendiri saat pintu kamar mandi terbuka dan Kyuhyun keluar hanya dengan balutan longgar sebuah handuk di pinggang. Pria itu membulatkan matanya sesaat, sebelum dia akhirnya terkekeh geli melihat raut wajah syok istrinya itu.
Hye-Na tergagap-gagap mencari udara saat untuk pertama kalinya dia melihat pemandangan seperti itu langsung dari suaminya sendiri. Dan dia tidak bisa membayangkan betapa bodohnya wajahnya sekarang.
Tubuh pria itu bukan jenis tubuh pria berotot yang bisa membuat gadis manapun berteriak dan itu lebih baik, karena dia bahkan sama sekali tidak menyukai pria-pria yang memiliki otot biseps dan triseps yang membuatnya ngeri. Dada pria itu cukup bidang dan otot lengannya sudah terbentuk, meskipun tidak besar, dan perutnya rata, yang langsung disyukuri Hye-Na karena setidaknya dia tidak mau memiliki suami yang memiliki six-pack ataupun choco-abs di tubuhnya. Dan sialnya, dia tidak bisa memerintahkan dirinya sendiri untuk mengalihkan pandangan.
Tubuh gadis itu berubah kaku dan mendadak paru-parunya berada di luar kontrol dan gagal menghirup oksigen, sedangkan jantungnya memukul-mukul rongga dadanya dengan kecepatan di luar batas normal, membuatnya berpikir ketakutan bahwa tulang dadanya akan remuk sebentar lagi, saat pria itu melangkah ke arahnya dengan mata yang menatapnya intens.
“W…wae?” tanyanya gugup sambil mencengkeram pinggiran kasur yang didudukinya kuat-kuat.
“Kau menduduki bajuku, Na~ya,” ujar Kyuhyun santai tanpa raut wajah terganggu sedikitpun, bahkan sepertinya pria itu tidak menyadari efek kehadirannya terhadap gadis itu sama sekali, membuat Hye-Na merasa bodoh sudah berpikiran yang tidak-tidak.
“Ne?” seru Hye-Na kaget saat tangan Kyuhyun menyelip ke bagian bawah pahanya, menarik baju kaus yang memang diduduki Hye-Na tanpa sadar. Tapi pria itu sama sekali tidak bergerak untuk menjauhkan tubuhnya, melainkan tetap pada posisinya yang setengah menunduk dengan kepala yang sejajar dengan gadis itu, membuat Hye-Na menyadari panas yang menguar dari tubuh pria itu. Dia bahkan merasa kesusahan menelan ludahnya sendiri.
Kyuhyun terlihat seperti sedang menimbang-nimbang sesaat, sebelum akhirnya dia menarik tengkuk Hye-Na sehingga wajah gadis itu mendongak ke arahnya, dan saat bibirnya menyentuh bibir Hye-Na, dia tahu bahwa gadis itu sudah lebih dari siap untuk menyambutnya.
Tidak ada kata lembut dan berhati-hati dalam ciuman mereka. Ciuman itu terasa kasar, menuntut, dan begitu mendesak dan Hye-Na bahkan tidak sadar saat Kyuhyun membuang baju kaus yang masih berada dalam genggamannya ke atas lantai dan mendorong tubuh gadis itu sampai terbaring, menindihnya. Mulut gadis itu terbuka sehingga Kyuhyun mendapat kesempatan untuk melesakkan lidahnya masuk dan menjelajahi rongga mulut gadis itu, mencicipi rasa daging panggang yang masih tersisa di mulutnya.
Hye-Na merasa pusing dengan ciuman Kyuhyun yang terasa membabi-buta itu, dia bahkan tidak mendapat kesempatan untuk menarik nafas. Oh baiklah, dia tidak akan mengatakan omong kosong. Ciuman pria itu luar biasa dan rasa aneh di perutnya setiap kali pria itu menciumnya menjadi lebih parah. Bukan sesuatu yang tidak menyenangkan, bahkan bisa dibilang dia sangat menikmatinya. Astaga, jangan sampai pria itu bisa membaca isi otaknya!
Lutut pria itu menekan pahanya, membuatnya merenggangkan pahanya tanpa diminta. Tangannya sendiri turun dari rambut hitam acak-acakan Kyuhyun ke punggungnya yang telanjang dan sedikit basah setelah mandi, sedangkan bibir pria itu beralih ke relung lehernya, memberinya waktu untuk menghirup oksigen sebanyak-banyaknya.
Dia sedikit terkesiap saat tangan Kyuhyun menelusup masuk ke balik kausnya dan telapak tangan pria itu langsung menyentuh kulitnya tanpa penghalang apapun, padahal biasanya pria itu tidak pernah melakukannya dan langsung melepaskannya saat pria itu merasa bahwa dia tidak bisa mempertahankan tangannya agar tidak menggerayang kemana-mana. Tapi kali ini berbeda, semuanya berbeda. Cara pria itu menyentuhnya, ciumannya… dan dia tahu kemana semua ini mengarah.
Hye-Na bisa merasakan tangan Kyuhyun yang berkutat dengan kancing celana jinsnya, menarik turun resletingnya, tapi hanya sampai disitu saja. Pria itu malah melepaskan bibirnya dan menatapnya lekat dengan nafas menderu, seolah meminta izin.
“Sebentar lagi makan malam,” ucap Hye-Na susah payah dengan suara serak, nyaris tidak bisa menemukan akal sehatnya.
Kyuhyun mendengus dan membiarkan tangannya menyentuh pinggul gadis itu.
“Kau pikir aku peduli?” gumamnya sambil menyentakkan kaus yang masih dipakai Hye-Na ke atas, meloloskannya melewati kepala. Tangannya yang lain bergerak menurunkan celana jins gadis itu, melemparkannya ke lantai menggunakan kakinya.
Dia berusaha keras seminggu terakhir untuk menjaga gadis itu baik-baik, berusaha untuk tidak menyentuhnya, karena dia tahu status mereka masih mahasiswa dan Hye-Na akan kesulitan kalau sampai dia berhasil membuat gadis itu hamil. Hanya saja, hal itu terlalu sulit dilakukan. Gadis itu berada dalam jangkauannya dan dia tidak bisa memerintahkan tangannya untuk bergerak menjauh. Sejauh ini dia berhasil melakukannya, tapi dia gagal malam ini. Seharusnya dia tidak membiarkan tangannya bergerak. Karena dia tahu saat dia telah menyentuh gadis itu, dia tidak akan pernah bisa berhenti.
***
“Aish, kalian ini lama sekali! Kami semua sudah lapar, jadi kami makan duluan. Apa sih yang kalian lakukan di atas? Bertanding game lagi?” omel Ah-Ra sambil menyodorkan piring ke arah Kyuhyun dan Hye-Na yang baru mengambil tempat di meja makan yang diletakkan di tengah-tengah halaman. Semua orang sudah menghabiskan lebih dari setengah jatah makan malam mereka dan menatap kedua pengantin baru itu dengan pandangan heran. Jelas karena hal ini baru pertama kali terjadi, mengingat Hye-Na tidak akan pernah terlambat menyantap makan malamnya, bahkan biasanya gadis itulah yang menghabiskan semua menu makanan yang tersedia di atas meja tanpa malu.
“Mmm. Game yang sangat menyenangkan,” komentar Kyuhyun santai dengan cengiran lebar di wajahnya, sedangkan Hye-Na terpaksa berpura-pura fokus ke makanannya agar tidak ada yang menyadari perubahan wajahnya yang sudah memerah seperti kepiting rebus. Tapi tentu saja Ah-Ra tidak bisa dibohongi, karena dia langsung memiringkan wajahnya menatap Hye-Na dan mendadak sebuah pemahaman terlintas di wajahnya. Kakak perempuan Kyuhyun itu tertawa dengan nada mengejek.
“Aigoo, benar-benar tidak sopan! Kami semua menunggu kalian disini dan kalian malah asyik…. Aish, awas saja kalau aku tidak segera mendapat keponakan!”
“Wae?” tanya Ha-Na ingin tahu, dan Ah-Ra dengan penuh semangat langsung berbisik ke telinga ibunya. Ha-Na tertawa keras dan dengan senang hati langsung memberitahu Min-In yang kemudian memberitahu suaminya dan akhirnya sampai ke telinga ayah Kyuhyun.
“Wah wah… dasar anak-anak muda yang masih dikendalikan hormon!” ujar Young-Hwan sambil terkekeh menatap anak laki-lakinya. Hye-Na sendiri merasa ingin mengubur dirinya hidup-hidup dan enyah dari tempat itu. Apa pria di sampingnya ini tidak bisa menahan mulutnya sedikit dan berhenti pamer?
***
March 6, 2011
KyuNa’s Home, Gapyunggun, Gyeounggi-do
07.20 PM
Malam adalah saat kita di meja makan. Aku bertanya bagaimana harimu dan kau bertanya bagaimana pekerjaanku. Saat itu aku berpikir bodoh, apakah aku memerlukan hal lain lagi selain memilikimu?
“Apa ini semua aman untuk dimakan?” tanya Kyuhyun sangsi sambil menatap beberapa piring masakan di depannya. Semuanya kelihatan menarik dan menggugah selera, tapi pria itu merasa harus berpikir ulang sebelum menyantapnya mengingat itu semua adalah hasil kreasi Hye-Na yang untuk pertama kalinya bersedia masuk ke dapur setelah dipaksa oleh ibunya dan ibu gadis itu sendiri. Ini semua masakan pertama gadis itu dan jelas sekali dibuat dengan puluhan kata caci maki yang dilontarkan gadis itu dalam hati, jadi siapa yang bisa menjamin bahwa dia tidak akan sakit perut setelah memakannya?
“Ah-Ra onnie masih hidup setelah mencicipinya tadi.”
“Masih hidup?” ulang Kyuhyun, langsung waspada dengan penggunaan kata yang digunakan Hye-Na.
“Sudahlah, aku jamin kau tidak akan sakit perut. Apa kau tidak bisa menghargai kerja kerasku sedikit?”
Kyuhyun mencomot daging bulgogi dengan sumpit di tangannya lalu memasukkannya ke dalam mulut, mengunyahnya perlahan. Masakan gadis itu tidak bisa dikatakan buruk, walaupun tidak bisa juga dimasukkan ke dalam kategori sangat enak.
“Bisa dimakan,” putus Kyuhyun akhirnya, mengambil suapan kedua. “Bagaimana kuliahmu hari ini?”
“Membosankan.”
“Aku selalu penasaran kapan kau akan mengubah jawabanmu setiap kali aku bertanya,” ejek Kyuhyun.
“Aku akan berkata bahwa kuliahku menyenangkan jika saja dosen yang mengajarku masih berumur akhir 20-an dan tampan, bukannya dosen-dosen tua yang kapan saja bisa terkena serangan jantung.”
Kyuhyun mendengus dan mencibir. “Kau berangan-angan terlalu tinggi, Na~ya.”
“Dan aku masih saja diserang pertanyaan bagaimana mungkin aku bisa menjadi istrimu.”
“Sudah sepantasnya dipertanyakan. Itu pasti sangat mengherankan.”
“Sialan kau!” umpat Hye-Na disela-sela kunyahannya. “Apa semua gadis itu tidak bisa menerima saja bahwa kau sudah menikah dan sebentar lagi akan memiliki anak?”
“Mereka pasti akan berhenti bertanya jika saja aku menikahi seorang gadis cantik, pintar, dan memenuhi setiap kriteria sebagai istri yang baik dan kau jelas tidak memenuhi harapan mereka.”
“Kapan kau akan berhenti mengejekku, hah?”
“Aku tidak mengejek. Aku kan hanya bilang bahwa kau tidak memenuhi harapan mereka, bukan harapanku. Kalau kau tidak memenuhi harapanku untuk apa aku menikahimu? Jadi berhentilah memikirkan apa yang mereka katakan, yang kau nikahi kan aku bukan mereka,” tandas Kyuhyun santai.
Hye-Na terbatuk-batuk sesaat dan bergegas meraih gelasnya, meneguk air banyak-banyak. Kapan pria itu akan beerhenti menggodanya?
“Pekerjaanmu baik-baik saja?” tanya Hye-Na mengalihkan pembicaraan.
Kyuhyun tersenyum sesaat sebelum menjawab. Dia tahu apa yang sedang Hye-Na lakukan. Gadis itu selalu saja merasa tidak nyaman jika pembicaraan sudah mulai menyangkut hal pribadi.
“Hanya ada beberapa meeting penting dan kantor sedang heboh karena perusahaan saingan kami mengeluarkan produk baru yang sangat mirip dengan produk yang akan kami luncurkan bulan depan. Aku rasa ada mata-mata di perusahaan.”
“Kau tidak akan membiarkanku berpikir bahwa kau sedang putus asa dan tidak bisa memikirkan kreasi baru yang lebih bagus, kan? Karena aku sudah cukup mengenalmu untuk tahu bahwa kau tidak akan memedulikan hal-hal seperti ini.”
Kyuhyun tertawa kecil dan mengangguk.
“Bagus. Jadi sepertinya perusahaanmu akan baik-baik saja. Ya, kan?”
Tentu saja. Apapun yang dikatakan gadis itu, dia akan meyakininya. Jika gadis itu berkata bahwa semuanya akan baik-baik saja, tentu saja semuanya akan berjalan seperti itu. Selama dia masih memiliki gadis itu, semuanya akan baik-baik saja. Pasti baik-baik saja.
***
June 3, 2012
KyuNa’s Home, Gapyunggun, Gyeounggi-do
10. 17 PM
Malam adalah saat kau terlelap di pelukanku. Dan aku melupakan keinginan awalku untuk beristirahat karena terlalu sibuk memuaskan diri menatap wajahmu.
Hye-Na menyandarkan punggungnya ke kaki sofa dan menyelonjorkan kakinya, mencoba meregangkan otot-ototnya yang mulai berteriak kelelahan. Matanya sudah sedikit berkunang-kunang karena memperhatikan layar laptop sejak berjam-jam yang lalu dan otaknya sudah mulai mengalami disfungsi kerja. Dan kabar buruknya adalah, dia bahkan belum berhasil menyelesaikan tugasnya sama sekali.
Gadis itu sedikit tersentak saat merasakan pijatan ringan di pundaknya dalam gerakan lambat dan menenangkan. Dia mendongak dan mendapati tangan kiri Kyuhyun yang terjulur ke arahnya, sedangkan mata pria itu masih sibuk menekuri setumpuk file di pangkuannya dengan tangan kanan yang sesekali mencoret-coret kertas. Hye-Na sedikit merengut saat mengingat bagaimana pria itu begitu membuatnya iri. Kyuhyun mengambil jurusan bisnis dan juga beberapa kuliah malam dan kuliah tambahan di akhir minggu untuk jurusan musik sebagai penyaluran hobi, walaupun hal itu sama sekali tidak bisa disebut hobi. Pria itu terlalu berbakat. Dan sialnya, dia berhasil tamat di kedua jurusan itu dengan gelar summa cumlaude. Coba tebak, pria itu bahkan masih bisa santai untuk sekedar bermain game saat dia disibukkan dengan dua skripsi di waktu bersamaan, sedangkan Hye-Na saja nyaris mati hanya karena tumpukan tugasnya yang mengerikan. Entah dia yang bodoh, atau pria itu saja yang terlalu jenius.
Gadis itu memejamkan matanya dan menikmati pijatan yang diberikan pria itu. Sepertinya dia terlalu memforsir tenaganya akhir-akhir ini. Dia masih harus kuliah di siang hari, mengurus Hyun-Ah, dan menyibukkan diri dengan tugas kuliah malam harinya.
“Lebih baik sekarang kau tidur. Tugasmu kan masih bisa diselesaikan nanti. Besok kau kan tidak ada kuliah,” ujar Kyuhyun tanpa menatap Hye-Na sama sekali, sibuk dengan pekerjaannya.
“Kau menyuruhku tidur tapi kau masih sibuk begitu.”
“Kalau aku berhenti, kau harus tidur, oke?” Kali ini Kyuhyun mendongak saat dia menawarkan kesepakatan. Pria itu selalu berusaha mengalah dan melakukan apapun agar gadis itu bisa mendapatkan istirahat yang cukup dan tidak tidur larut malam lagi. Bukankah itu salah satu alasan kenapa dia sangat ingin menikahi gadis itu?
Hye-Na memutar bola matanya selagi berpikir dan mengangguk beberapa saat kemudian.
Kyuhyun menutup berkas-berkasnya, meninggalkannya di atas meja, bangkit berdiri, dan mengulurkan tangannya ke arah gadis itu.
“Kajja.”
***
Kyuhyun tersenyum saat merasakan gerakan beraturan dari dada gadis itu yang naik turun saat paru-parunya bekerja menghirup udara. Gadis itu sudah tertidur sekitar 15 menit yang lalu, tapi seperti yang selalu dilakukannya sejak 2 tahun yang lalu, dia malah menghabiskan waktu menatap wajah lelap gadis itu dalam pelukannya, melupakan niat awalnya untuk beristirahat setelah lelah bekerja seharian.
Dia ingat betapa seringnya dia pulang larut malam karena harus lembur di kantor dan mendapati gadis itu sudah tertidur lelap. Dia ingat betapa lelahnya dia setiap kali itu terjadi, bermaksud segera tidur sesampainya di rumah, tapi selalu gagal melakukannya saat tubuh gadis itu sudah berada dalam dekapannya dan dia bisa menatap wajah polos gadis itu dengan leluasa. Ada sesuatu yang membuatnya betah melihat wajah gadis itu selama berpuluh-puluh menit, dan masih betah melakukannya bertahun-tahun kemudian tanpa rasa bosan. Kedengarannya memang tidak masuk akal, tapi itulah yang terjadi. Ada begitu banyak hal bodoh yang dilakukannya karena gadis ini, dan ada terlalu banyak alasan baru yang membuatnya jatuh cinta pada gadis yang sama. Lagi dan lagi.
***
July 15, 2012
Prague, Czech
08.00 PM
Saat ini… aku masih saja mencintaimu. Dan tidak pernah merasa jemu.
Kyuhyun mengulurkan tangannya ke arah Hye-Na yang balas menatapnya dengan kening berkerut.
“Kau tidak mau tersesat di negara orang, kan? Jadi lebih baik kau berpegangan padaku.”
Hye-Na mengerucutkan bibirnya dengan raut wajah kesal.
“Kau pikir aku bodoh?” protesnya, tapi tetap menerima uluran tangan Kyuhyun. Jari mereka saling bertaut dan mereka mulai melangkahkan kaki menuruni tangga hotel.
Udara musim panas Praha cukup hangat, mengingat pada musim semi pun cuaca disini lumayan dingin dan setiap orang masih harus mengenakan jaket saat keluar rumah.
Liburan mendadak ini adalah ide Kyuhyun. Pria itu mengatakan sesuatu seperti bulan madu dan hadiah ulang tahun. Mereka memang belum pernah bulan madu sama sekali, walaupun Hye-Na juga tidak berharap pria itu akan mengingatnya. Dan lagipula sangat sulit menemukan waktu luang di antara kesibukan mereka masing-masing. Liburan kali ini bahkan hanya bisa dilakukan selama dua hari. Mereka baru sampai disini tadi pagi dan harus kembali ke Korea besok siang, mengingat mereka juga tidak bisa meninggalkan Hyun-Ah terlalu lama di rumah keluarganya dan keluarga Kyuhyun yang bersemangat untuk menjaga anak itu bergantian. Oh, dia bisa membayangkan akan seperti apa penampilan Hyun-Ah saat dia pulang nanti. Kakak ipar, ibu mertua, dan ibunya sendiri pasti akan mendandani anak itu dengan gaun-gaun cantik yang memilki pita dan renda. Membayangkannya saja sudah berhasil membuat perutnya mual.
Hye-Na membuang semua pikiran-pikirannya itu jauh-jauh dan mulai menikmati pemandangan di sekelilingnya. Sebenarnya tadi siang mereka bisa saja mulai jalan-jalan, tapi… Kyuhyun berhasil menahannya seharian di atas tempat tidur. Jujur saja, pria itu merupakan godaan yang terlalu besar dan sulit ditolak. Dan… aigoo, dia tidak tahu apa yang ada di pikirannya saat terjebak oleh rayuan pria itu.
Tidak terlalu banyak turis maupun penduduk kota yang berkeliaran malam ini, mengingat ini juga bukan waktu yang biasanya digunakan untuk liburan. Praha sendiri adalah ibukota Republik Ceko, sejak Ceko dan Slowakia memisahkan diri menjadi negara merdeka tahun 1993. Dan malam ini mereka berniat menjelajahi beberapa tempat terkenal di kota itu, dimulai dari Old Town Square atau Kota Lama. Tempat itu masih dihuni bangunan-bangunan asli warisan Bohemia yang berdiri dengan cantiknya. Powder Gate, sebuah gerbang kuno mistik dari abad ke-13, menyambut mereka begitu melangkahkan kaki menuju Old Town. Tidak jauh dari gerbang terdapat Municipal House, sebuah bangunan cantik khas Art Nouveau yang dalam masa Revolusi Velvet digunakan sebagai tempat pertama bertemunya pemerintah komunis Cekoslowakia dan pemerintahan sipil yang baru.
Old Town Hall sendiri adalah tempat dimana hampir seluruh turis internasional berkumpul. Dan tidak ada seorang pun yang tidak akan terkagum-kagum melihat jam astronomikal atau Old Town Orloj yang tersohor. Setiap satu jam sekali jam ini berbunyi dan uniknya, terdapat boneka-boneka yang bergerak, lengkap dengan suasana menyeramkan seperti keberadaan tengkorak ataupun hantu-hantu yang sedikit menakutkan.
Mereka melanjutkan perjalanan melewati Charles Bridge, yang juga menjadi salah satu ikon Praha. Jembatan tertua di Praha ini secara strategis menghubungkan Old Town dan Lesser Town. Di jembatan ini juga mengalir Sungai Vltava. Dan entah kenapa, walaupun udara malam terasa cukup hangat dan bersahabat, Hye-Na merasa bahwa senja dan malam di Praha terasa tua, mistis, dan senyap, seolah ingin menunjukkan betapa kunonya kota itu sendiri, berikut bangunan-bangunan di dalamnya.
Tempat yang wajib dikunjungi berikutnya adalah Prague Castle, kompleks kastil terluas di seluruh Praha. Di dalamnya terdapat St. Vitus Cathedral yang bernuansa gothic. Katedral itu menyimpan pesona tersendiri. Sisi-sisi yang runcing menjulang, hitam, ditambah patung-patung iblis semakin menambah kesan menyeramkan.
Tepat di belakang katedral ini terdapat area yang dinamakan Hradcany. Bangunan-bangunan di sekitarnya tidak kalah cantik, seperti Schwarzenberg Palace yang mudah dikenali keberadaannya karena arsitektur kaya khas Sgraffito yang dibangun pada abad ke-16. Pemandangan Golden Lane juga salah satu hal yang tidak boleh terlewatkan. Tempat itu adalah jalanan tersempit di kawasan Prague Castle bahkan Praha sekalipun. Di dalamnya terdapat miniatur-miniatur rumah di masa lalu lengkap dengan aksesorisnya.
Di sisi barat daya Hradcany terdapat tempat wisata yang tidak kalah menarik. Kompleks gereja Strahov Monastery adalah salah satu yang tertua di Republik Ceko. Kompleks ini bergaya Baroque dan ditemukan pada tahun 1140. Di tempat lain, Lesser Town menawarkan gereja St. Nicholas, masih bergaya sama dengan arsitektur yang juga indah. Atau Josefov, tempat bermukimnya orang-orang Yahudi di Praha. Lokasi yang sangat dekat dari Old Town ini terkenal berkat Parizska Street-nya, jalanan yang diadopsi dari jalanan-jalanan di kota Paris, kawasan super elit dimana puluhan bahkan ratusan rumah mode terkenal dunia berkumpul. Old New Synagogue, sinagog tertua di seluruh daratan Eropa berada di sini. Terdapat pula Old Jewish Cemetery, tempat dimana orang-orang Yahudi dikebumikan maupun sinagog lain yang tidak kalah tuanya, Pinkas Synagogue. Mereka mengunjungi beberapa bangunan berarsitektur megah lain seperti National Museum (Wenceslas Square) dan National Theatre yang keduanya bergaya Neo-Renaissance atau The Dancing House yang terkenal berkat bentuk gedungnya yang miring. Semua itu semakin menanamkan kesan bahwa Praha adalah kota tua yang budaya Eropa-nya amat kental sekaligus beragam.
Mereka sedang berada di atas Metro B jurusan Namesti Republiky dan Hye-Na sibuk menempelkan wajahnya ke jendela kereta yang tertutup, berusaha melihat keluar dan tidak berhasil memandang apapun kecuali kelebatan-kelebatan tidak jelas karena kecepatan kereta yang super cepat, saat Kyuhyun tiba-tiba mendorong kepalanya, membuatnya keningnya sedikit terantuk ke kaca jendela.
“Mwoya?” gerutunya sambil mengusap-ngusap keningnya dan menatap Kyuhyun kesal.
“Saengil chukhahae,” ujar pria itu pelan, tersenyum saat melihat raut wajah Hye-Na yang tampak tidak senang.
“Aish, kan aku sudah bilang kalau kau dilarang mengucapkan itu! Aku masih bisa terima dengan umur 20, tapi kalau 21… apa itu tidak sedikit keterlaluan? Aku ini kan masih terlalu muda! Aish, jinjja!” seru gadis itu gusar.
“Muda? Kau tidak ingat bahwa kau sudah menjadi istri dan seorang ibu?” ujar Kyuhyun dengan nada mengejek.
“Tidak usah dibahas!” sahut gadis itu kesal. “Mana hadiahku?”
“Hadiah?” tanya Kyuhyun tak percaya. “Kau tidak mau ulang tahunmu dirayakan tapi kau minta hadiah?”
“Itu kan lain soal! Hadiah itu sesuatu yang wajib!”
Kyuhyun mendengus kemudian menghela nafas, bertepatan dengan saat metro yang mereka naiki berhenti. Dia menarik tanagn Hye-Na dan menyelip di antara puluhan orang yang juga berdesakan keluar dari stasiun. Bangunan-bangunan tinggi lain menyambut mereka diluar. Modern, tanpa meninggalkan kesan kunonya.
Kyuhyun menunjuk ke salah satu bangunan tinggi yang tampak di kejauhan. Tempat itu disebut Palladium, mal belanja sangat besar yang baru saja dibuka pada tahun 2007. Ada empat lantai, dengan lebih dari 200 toko dan lebih dari 30 restoran dan kafe. Ada beberapa nilai historis di balik Palladium, karena fondasinya terkait dengan struktur abad ke-12 yang telah diintegrasikan ke dalam arsitektur sebuah mal.
“Itu hadiahmu.”
“Mwo?” tanya Hye-Na tidak mengerti dengan kening berkerut.
“Belanja sepuasnya. Aku tahu kau tidak suka shopping, tapi aku yakin kau pasti tidak akan keberatan melakukannya kalau kau bisa membeli apapun tanpa mengeluarkan uang sepeser pun, kan?”
Dan Kyuhyun tidak perlu menunggu jawaban dari mulut Hye-Na, karena cengiran lebar di wajah gadis itu sendiri sudah menjawab semuanya.
***
April, 2017
KyuNa’s Home, Gapyunggun, Gyeounggi-do
08. 10 PM
Malam adalah saat aku kembali padamu setelah hari yang melelahkan. Dan kau membuka pintu, menungguku dengan senyum di wajah, lalu… aku berpikir bahwa… beberapa jam yang terlewat bukanlah apa-apa.
“Appa pasti tidak akan pulang kan malam ini?”
Hye-Na menatap Dae-Hyun dengan pandangan kasihan. Bagaimana caranya dia harus menjelaskan kepada anak laki-lakinya itu bahwa Kyuhyun harus berada di Jeju selama 3 hari dan besar kemungkinan melupakan ulang tahun anak itu hari ini? Kyuhyun baru berangkat kemarin dan akan pulang besok malam, jadi dia tidak mungkin memberi harapan yang tidak-tidak kepada anak itu.
“Apa appa melupakan ulang tahunku? Apa appa marah karena selama ini aku jahat padanya? Aku janji tidak akan jahat kepada appa lagi asalkan appa pulang malam ini,” ujarnya dengan tampang polos khas anak umur 4 tahunnya, membuat Hye-Na menelan ludahnya dengan susah payah. Anak itu pasti benar-benar merindukan ayahnya sehingga bersedia mengucapkan janji seperti itu, mengingat betapa tidak rukunnya mereka berdua selama ini.
“Appa sedang berada di luar kota dan baru bisa pulang besok. Ada banyak pekerjaan yang harus diurusnya, jadi dia tidak mungkin pulang malam ini,” ujar Hye-Na berusaha menjelaskan.
“Appa pasti marah padaku, kan?”
“Aniya. Appa tidak marah padamu. Appa hanya sedang sibuk.”
“Tapi dia bahkan tidak menelepon untuk mengucapkan selamat ulang tahun padaku.”
“Sudahlah, appa sedang mencari uang yang sangat banyak, jadi dia bisa membelikan hadiah ulang tahun untukmu. Kau tenang saja!” sela Hyun-Ah sambil menepuk-nepuk kepala adiknya itu.
“Kakakmu benar. Jadi kau tidak perlu bersedih lagi, eo?”
Dae-Hyun mengangguk, tapi Hye-Na tahu bahwa anak itu tidak bisa dibujuk sama sekali. Sifat keras kepala yang sudah diwariskan turun-temurun.
Hye-Na mendongak saat mendengar suara mobil memasuki halaman. Kedua anak itu sepertinya sama sekali tidak tertarik dengan kemungkinan kedatangan tamu, jadi dia bangkit berdiri dan menengok ke depan.
Dan sepertinya, pria itu suka sekali membuat kejutan.
***
Kyuhyun mematikan mesin mobil dan mencabut kunci. Dia mengemudi dari Jeju kesini secepat yang dia bisa setelah pertemuan dengan relasi bisnisnya tadi berakhir. Seharusnya dia baru pulang besok karena masih ada satu kali pertemuan lagi, tapi dia berhasil membujuk kliennya itu agar bertemu dengan manajer perusahaannya saja, jadi dia bisa bergegas pulang ke Seoul malam ini juga. Dia tidak mungkin melewatkan ulang tahun anak laki-lakinya begitu saja, walaupun anak itu selalu saja bersikap bermusuhan terhadapnya. Yah, setidaknya dia harus berusaha menjadi seorang ayah yang baik. Dan selain itu, ada alasan yang lebih mendesak lagi. Dia perlu melihat wajah gadis itu secepatnya atau dia bisa bertindak bodoh hanya karena terlalu merindukan gadis itu.
Kyuhyun membuka pintu mobil dan turun. Wajahnya mendongak saat mendengar pintu depan terbuka dan mendadak tatapannya terkunci di wajah gadis yang baru saja muncul dari balik pintu, balas menatapnya dengan senyum tipis.
Dia tidak bisa mengingat dengan jelas bagaimana wajah gadis itu saat mereka terpisah, jadi yang bisa dilakukannya saat ini hanyalah memuaskan diri menatap setiap sudut wajah gadis itu. Bentuk mata, hidung, dan bibirnya, setiap hal yang dilupakannya. Dia menghabiskan beberapa detik untuk menyegarkan ingatannya lagi, sebelum akhirnya dia menghampiri gadis itu, setengah berlari menaiki tangga undakan, dan menarik gadis itu ke arahnya, menciumnya secara membabi-buta.
Dia berusaha menahan diri, tapi menyerah di detik pertama bibir mereka bersentuhan. Bibir gadis itu terasa manis, dan yang bisa dipikirkannya hanyalah bagaimana caranya menahan gadis itu beberapa menit lebih lama dalam pelukannya.
Tangannya turun dari rambut gadis itu ke tengkuknya, menarik leher gadis itu mendekat dan menjelajahi bibirnya dengan leluasa. Tangan kirinya terjuntai di samping tubuh, satu-satunya pertahanan terakhirnya untuk tidak menyentuh gadis itu di tempat-tempat yang sangat diinginkannya. Dia selalu ingat betapa tepatnya gadis itu dalam dekapannya, betapa tepatnya tubuh mereka untuk satu sama lain, dan betapa gadis itu mempengaruhinya seperti candu.
Dan sepertinya dia harus menghentikan diri sekarang juga selama dia masih mengingat tujuan utamanya pulang malam ini.
***
“APPA!!!”
Kyuhyun merentangkan tangannya dan menggendong Dae-Hyun yang berlari penuh semangat ke arahnya. Seingatnya, anak itu tidak pernah terlihat sesenang ini karena melihatnya.
“Mana hadiahku?”
Baiklah, itu pasti sifat yang diwarisinya mentah-mentah dari ibunya.
“Kau ingin aku pulang hanya karena menginginkan hadiah?”
“Ani,” ucap Dae-Hyun sambil menggeleng-gelengkan kepalanya kuat-kuat. “Aku benar-benar merindukan appa. Appa kan tidak pernah pergi keluar kota dan meninggalkan kami, jadi biasanya aku merasa bosan melihat wajah appa setiap hari. Tapi ternyata saat appa tidak ada aku malah merasa aneh.”
Lihat apa yang baru saja dikatakan anak itu! Dia merasa bosan?
“Jadi mana hadiahku?”
“Kau ini matre sekali!” gumam Kyuhyun sambil menggendong anak itu keluar rumah, berjalan menuju mobilnya.
“Hyunnie~ya, kau tidak ikut?” teriaknya memanggil anak perempuannya yang langsung berlari-lari kecil mengejarnya.
“Aku juga dapat hadiah?” seru Hyun-Ah penuh semangat, mengekori ayahnya dari belakang.
Kyuhyun membuka bagasi mobilnya, meenurunkan Dae-Hyun, dan mengeluarkan sepeda kecil yang masih terbungkus rapi dari dalam bagasi. Anak laki-lakinya itu langsung melonjak-lonjak senang dan memeluk pinggangnya singkat sebelum mendorong sepeda itu ke rumah, berhenti dengan bingung di tangga undakan, karena jelas dia tidak cukup kuat untuk mengangkat sepeda itu naik. Hye-Na melangkah mendekatinya dan membantu anaknya itu, yang langsung menyeretnya masuk untuk membantunya mencoba sepeda barunya di halaman belakang rumah mereka yang sangat luas.
Kyuhyun berbalik ke arah Hyun-Ah yang menatapnya dengan penuh harap, lalu membuka pintu belakang mobil, mengeluarkan bungkusan besar yang langsung direbut Hyun-Ah, dengan tidak sabar merobek bungkusnya di tempat. Mata Kyuhyun berkilat-kilat geli saat melihat betapa cepatnya raut wajah anak perempuannya itu berubah kesal.
“Ige mwoya????” protesnya saat mendapati bahwa hadiahnya berupa satu set peralatan masak-memasak yang jelas-jelas tidak diminatinya sama sekali. “APPAAAAA!!!!” rengeknya sambil menatap Kyuhyun kesal. Kyuhyun sendiri sibuk tertawa karena berhasil mengerjai anaknya itu. Hal itu sama menyenangkannya dengan saat dia menjahili istrinya. Raut wajah mereka berdua mirip sekali.
“Sudahlah, tidak usah menangis. Aku hanya bercanda. Ini hadiahmu,” ujar Kyuhyun sambil menyodorkan setumpuk kaset game keluaran terbaru.
“Hyunnie~ya, ayo kita bermain bersama.”
“KYAAAA!!!!” teriak Hyun-Ah kaget saat mendapati Hye-Na yang entah sejak kapan sudah berdiri di belakangnya, menatapnya dengan senyum manis yang sudah pasti tidak bisa membohongi siapapun.
Kyuhyun tertawa dan mendorong kepala istrinya itu sampai tersentak ke belakang.
“Berhentilah menakuti anakmu!”
***
June 3, 2017
KyuNa’s Home, Gapyunggun, Gyeounggi-do
11. 16 PM
Pertemuan pertama itu yang harus selalu dikenang. Agar aku ingat mengapa aku begitu mencintaimu. Waktu itu, sekarang, kelak.
Kyuhyun membuka pintu rumah hati-hati dan menutupnya perlahan tanpa suara. Dia terpaksa lembur hari ini karena ada begitu banyak pekerjaan yang menumpuk, membuat tubuhnya nyaris remuk kelelahan.
Pria itu memijat tengkuknya dan meregangkan lengannya, berusaha merilekskan otot-ototnya yang sudah kaku. Dia melemparkan tas kerja dan jasnya ke atas sofa, melepas kancing teratas kemejanya dan melonggarkan dasinya, kemudian melipat lengan kemejanya sampai siku. Dia melongokkan wajahnya ke kamar, tapi tidak menemukan siapa-siapa disana, jadi dia memutuskan pergi ke kamar anak-anaknya yang saling bersebelahan. Hyun-Ah sudah tertidur dan Hye-Na tidak ada disana, jadi dia beranjak ke kamar Dae-Hyun. Sepertinya anak itu selalu mendapat apa yang diinginkannya. Akan mudah sekali membujuk Hye-Na ke ranjangnya jika anak itu sudah menggunakan wajah aegyo-nya yang menyebalkan itu. Dia sampai sekarang tidak pernah mengerti bagaimana Hye-Na selalu luluh menghadapi rayuan anak laki-lakinya itu. Entah darimana letak keimutan anak itu sampai istrinya selalu menuruti permintaannya.
Kyuhyun membuka pintu kamar Dae-Hyun dan mendapati Hye-Na sedang berbaring di samping anak itu, menepuk-nepuk punggungnya dalam gerakan lambat. Gadis itu mendongak saat menyadari kehadirannya dan langsung bangkit berdiri, merapikan selimut yang menutupi tubuh Dae-Hyun sebelum dia berjalan menghampiri Kyuhyun dan menutup pintu kamar.
Kyuhyun menarik gadis itu ke dalam pelukannya dan merasakan gadis itu berjinjit, membenamkan wajah ke lehernya. Dia sendiri membiarkan wajahnya berada di atas permukaan rambut gadis itu, menghirup aroma yang menguar dari setiap helaiannya. Gadis itu masih beraroma lilac, wangi yang sama seperti 7 tahun yang lalu, saat mereka pertama kali bertemu. Wangi yang begitu familiar dalam indera penciumannya. Aroma yang membuatnya jatuh cinta.
Dia tidak tahu bagaimana setelah 7 tahun bersama, dia masih bisa merasakan jantungnya berdetak di luar kendali setiap berada di dekat gadis itu. Dia masih bisa terpesona dengan wajah yang sudah ditatapnya selama bertahun-tahun. Dia tidak pernah merasa bosan setiap kali melihat wajah gadis itu saat dia membuka mata di pagi hari dan masih tidak bosan saat wajah gadis itu menjadi hal terakhir yang dilihatnya setiap berangkat tidur. Dia selalu jatuh cinta lagi saat melihat bagaimana gadis itu merawat anak-anaknya, saat gadis itu memasangkan dasinya, membuatkan sarapannya, atau senyum yang gadis itu berikan saat dia baru pulang setelah lelah bekerja seharian. Dia bisa menggunakan alasan sekecil apapun untuk jatuh cinta pada gadis itu lagi. Gadis itu… seperti morfin yang mematikan. Narkoba pribadinya.
Dia bisa merasakan deru nafasnya yang perlahan menjadi normal dan otot-otot tubuhnya yang berangsur rileks, efek yang selalu didapatkannya setiap kali dia memeluk gadis itu. Efek yang hanya bisa diberikan oleh obat-obatan terlarang. Karena itu gadis ini selalu membuatnya kecanduan.
Kyuhyun menurunkan wajahnya dan menyapukan kecupan ringan di kening gadis itu, tersenyum di puncak kepalanya.
“Hai,” bisiknya pelan. “Senang bisa melihatmu lagi.”